Assalamu Alaikum Wr.Wb. SELAMAT DATANG KEPADA SELURUH PEJUANG SYARI'AH & KHILAFAH ........

Senin, 22 November 2010

Ulama Banten: Ulama Harus Berani Berkata Lantang Menentang Kedhaliman Penguasa


Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) wilayah Banten menggelar Dirasah Syar’iyah bersama para ulama dengan tema “Refleksi Perjuangan Ulama dan Kyai di Banten dalam Penerapan Syari’at Islam,” bertempat di kediaman KH. Tb. Fathul A’dzhim, Keresidenan Banten Lama, Sabtu (20/11).
Acara yang dimulai sekitar pukul 14.00 – 16.30 wib tersebut menghadirkan pembicara yang merupakan para ulama berpengaruh di Banten, antara lain KH. Mansur Muhyidin (penerus KH. Wasid yang terkenal dengan Geger Cilegon 1888), KH. Tb Fathul A’dzhim (Keresidenan Banten penerus KH.Tb. Ahmad Chatib, dan Kyai Muhammad Yassin al-Muthahar (DPP HTI). Semula, acara akan diisi juga oleh KH. Khudri Maulud (keturunan Syaikh Nawawi al-Bantani), namun sayang tidak bisa datang karena ada kerabatnya yang meninggal.
Pembicara pertama diisi oleh KH. Mansur yang memaparkan tentang sejarah Geger Cilegon 1888. Menurut KH. Mansur, Geger Cilegon 1888 hakikatnya adalah misi suci untuk mengusir penjajah dari negeri muslim, membela kaum tertindas, dan menegakkan agama (akidah dan syariah) dan pintunya adalah umat Islam harus merdeka.
“Belanda melarang aktivitas keagamaan umat Islam. Yang tetap melakukan adzan dipenjara karena dianggap mengganggu orang tidur. Ada tempat kemusyrikan malah dilindungi oleh Belanda. Akhirnya para ulama bersepakat untuk menyerbu pemerintah Belanda,” papar KH. Mansur dengan lantang.
Dari paparan KH. Mansur tentang Geger Cilegon 1888, para ulama yang hadir kembali digugah tentang peran ulama yang merupakan garda terdepan di dalam membimbing umat serta berkata lantang menentang kedzaliman penguasa, khususnya penguasa yang malah menghalangi tegaknya syariat.
Usai KH. Mansur memberikan paparannya, giliran KH. Tb. Fathul A’dzhim tampil sebagai pembicara kedua. KH. Fathul tampil dengan gayanya yang khas yaitu tegas dalam menyuarakan al-haq, serta  menyampaikan kritik dengan lantang tanpa mengenal rasa takut kepada pihak-pihak yang dianggapnya melanggar syariat. Selain itu, juga menitikberatkan pada peran ulama yang saat ini terasa tumpul dalam menyuarakan syariat bahkan cenderung membiarkan kemunkaran yang ada di depan mata, baik yang dilakukan oleh penguasa maupun rakyat jelata.
“Saya pernah melihat ulama yang suatu hari pergi ke caleg A dan di hari lain sudah ada di caleg B. Saya samperin dan saya tegur,” papar KH. Fathul dengan berapi-api, dengan maksud untuk mengingatkan kembali peran ulama secara syariat yang jangan sampai terbeli oleh ‘amplop’ dan kekuasaan.
Pembicara terakhir yaitu Kyai Muhammad Yassin al-Muthohar, yang dalam paparannya langsung memperlihatkan rujukan dari kitab-kitab para ulama salaf melalui projector yang berbicara tentang peran ulama di tengah-tengah umat dan hubungan antara ulama dengan negara.
Menurut Kyai Yasin, saat ini umat tengah mengalami krisis baik dari sisi ulamanya maupun penguasanya. Penguasa di negeri-negeri Islam tidak menerapkan syariat sementara ulamanya bisu dalam menyuarakan syariat ke tengah-tengah umat dan mengoreksi kedzaliman penguasanya.
“Ulama itu bagaikan bintang penunjuk arah. Tugas ulama adalah menjelaskan syariat kepada umat dengan sejelas-jelasnya dan mengoreksi penguasa, itulah politiknya para ulama. Sementara politiknya penguasa adalah menerapkan syariat dengan benar di tengah-tengah umat,” tegas KH. Yasin Paparan dari KH. Yasin yang relatif masih berusia muda ini ternyata mendatangkan decak kagum dari para ulama yang hadir, karena kemampuannya dalam mensyarah secara langsung kitab-kitab salaf (klasik) dari para ulama terdahulu langsung dari bahasa Arabnya, sehingga tergambar dengan sangat jelas bagaimana peran ulama dan hubungannya dengan negara, dengan hujah yang sangat kuat.
Suasana bahkan menjadi dramatis ketika seorang ulama besar banten yang sudah sangat sepuh, KH. Abdushomad, membacakan syair secara spontan dalam bahasa Arab yang khusus ditujukan untuk KH. Yasin.
“Kesempurnaan pemuda adalah karena ketinggian ilmunya,” papar KH. Abdushomad saat menerjemahkan sebagian kalimat dari syair yang dibacakannya untuk Kyai Yasin. Selanjutnya KH. Abdushomad langsung memimpin do’a yang berlangsung dengan sangat khusyu.
Acara berlangsung sangat lancar, dan para ulama begitu mengapresiasi kegiatan yang digagas oleh HTI wilayah Banten tersebut. Rencananya, acara serupa akan rutin digelar setiap minggu ketiga setiap bulannya, sebagai media konsolidasi para ulama di Banten. Kehadiran sekitar seratusan ulama dari para kyai dan assatidz seperti dari Merak, Cilegon, Bojonegara, Anyar, Serang, Pandeglang, Labuan, dan sekitarnya mampu menghangatkan suasana dan ghirah untuk lebih mengutamakan ukhuwah dalam penegakkan syariah dan Khilafah.
Alhamdulillah, seluruh ulama yang hadir khususnya para pembicara KH. Mansur Muhyidin (penerus KH. Wasid yang terkenal dengan Geger Cilegon 1888), KH. Tb Fathul A’dzhim (Keresidenan Banten penerus KH.Tb. Ahmad Chatib), termasuk KH. Khudri Maulud (keturunan Syaikh Nawawi al-Bantani) kendati tidak bisa hadir dan KH. Abdushomad sebagai ulama besar Banten, mendukung perjuangan HTI untuk berjuang bersama menyadarkan umat tentang syariat, mengoreksi penguasa, dan menyerukan tegaknya syariah dan khilafah itu sendiri.[]

Hizbut Tahrir Tanggap Merapi Bersama Pemerintah Kabupaten Sleman Menyelenggarakan Shalat Ied di Barak Pengungsi

Selasa pagi 16 November 2010 saat cuaca dalam kondisi cerah, kurang lebih 5000 jamaah yang terdiri dari pengungsi, para relawan, TNI, Polri, dan masyarakat sekitar stadion memadati shof-shof tempat dilaksanakannya shalat Idul Adha di lapangan parkir stadion maguwoharjo. Shalat dimulai pukul 07.00 WIB dipimpin oleh Ust. Drs. Suswanta M.Si, yang sekaligus menjadi Khatib. Beliau adalah Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sekaligus aktivis Hizbut Tahrir Indonesia.
Acara tersebut dihadiri oleh Bupati Sleman, Bapak Sri Purnomo beserta jajaran staf Pemerintah Kabupaten (PemKab) Sleman. Dihadiri juga Ust. Muhammad Khair Hari Moekti, seorang Da’i yang merupakan mantan penyanyi rock. Pada malam sebelumnya, yaitu saat malam takbiran, beliau mengisi tabligh akbar di tempat yang sama. Berbagai media baik lokal maupun nasional, media cetak sampai elektronik meliput kegiatan ini.
Dalam khotbahnya Khatib menyampaikan dua point utama terkait hari raya Idul Adha dan bencana merapi kali ini. Pertama, Bahwa bencana merapi ini merupakan tanda kebesaran Allah SWT, sehingga sudah selayaknya menjadi introspeksi bagi diri kita semua sebagai individu muslimin tanpa kecuali, baik yang terkena bencana langsung maupun yang tidak. Kedua, selain individu, lebih khusus lagi, bencana ini seyogyanya juga menjadi introspeksi bagi pemerintah terutama kesiapan dalam melayani rakyatnya.
Kegiatan shalat Idul Adha ini terselengara atas kerjasama antara HTI Tanggap Merapi dengan PemKab Sleman yang diwakili Bapak Sutrisno selaku Kepala Stadion Internasional Maguwoharjo. Semula Tim HTI Tanggap Merapi yang berfokus terhadap mental recovery berinisiatif untuk menyelenggarakan shalat jum’at dan rangkaian kegiatan Idul Adha bagi pengungsi. Program kegiatan tersebut kemudian ditawarkan ke PemKab Sleman dan mendapat dukungan dengan HTI Tanggap Merapi sebagai penyelenggaranya.[]

Relawan HTI bersama Ulama dan Tokoh Masyarakat Sikakap Menggelar Sholat Idul Adha 1431 H

Berbagai elemen yang terdiri dari Tokoh Masyarakat, Relawan-Relawan, TNI, Polisi, dan warga Sikakap memadati Masjid Raya Alfurqan Sikakap Kepulauan Mentawai untuk melaksanakan Sholat Idul Adha 1431 H selasa 16 November 2010. Pelaksanaan sholat Id ini dimulai pada pukul 07.30 WIB dengan jumlah jamaah sekitar 1000 orang.
Ustadz Sotar Siregar, MA - Relawan HTI yang bertindak sebagai Imam dan Khatib Sholat Ied menyampaikan Khutbah dengan judul “Membangkitkan Jiwa Berkorban untuk Menegakkan Khilafah Islamiyyah” .
Ustadz Sotar mengawali khutbahnya dengan menjelaskan kondisi umat Islam. Berbagai musibah telah dan sedang menimpa umat ini. Palestina, Irak, Afghanistan masih dalam cengkeraman AS dan Israel. Sementara negeri Islam yang lain terperosok dalam penjajahan sosial budaya ekonomi politik pendidikan dan pertahanan keamanan disebabkan para penguasanya adalah antek penjajah kafir. Demikian pula negeri ini, terus dilanda bencana susul-menyusul. Banjir Wasior, tsunami Mentawai dan letusan Merapi menambah luka bencana sebelumnya yang belum mengering. “Ini semua terjadi akibat kita telah jauh dari Syariat Allah SWT,” kata beliau.
Beliau juga menjelaskan tentang ketaatan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam mengerjakan perintah Allah. Nabi Ibrahim bersedia menyembelih putranya sendiri semata-mata karena ingin mencari ridho Allah SWT. Inilah ketaatan total yang seharusnya dilakukan setiap hambanya kepada tuhannya. Dan dalam khutbahnya beliau menegaskan bahwa negeri ini harus kembali melaksanakan Syariat dan menegakkan Khilafah sebagai bukti ketaatan kita secara totalitas kepada Allah SWT.
Khutbah ditutup dengan do’a agar Allah SWT menjauhkan negeri ini dari segala musibah dan memberikan kesabaran kepada kaum muslimin untuk menegakkan kembali Khilafah Islamiyah. Rangkaian ibadah sholat Idul Adha dan Khutbah ini berakhir sekitar pukul 08.30 WIB. [Infokom HTI Sumbar]
Ustadz Sotar Siregar, MA, Relawan Hizbut Tahrir Indonesia sebagai Khatib Sholat Idul Adha 1431 H di Masjid Al Furqan Sikakap, Kepulauan Mentawai
Ustadz Sotar Siregar, MA, Relawan Hizbut Tahrir Indonesia sebagai Khatib Sholat Idul Adha 1431 H di Masjid Al Furqan Sikakap, Kepulauan Mentawai
Jama’ah Sholat Idul Adha yang terdiri dari Para Relawan dari berbagai NGO, TNI, Polisi, dan Masyarakat Sikakap
Jama’ah Sholat Idul Adha yang terdiri dari Para Relawan dari berbagai NGO, TNI, Polisi, dan Masyarakat Sikakap
Jama’ah wanita
Jama’ah wanita
Lebih kurang 1000 orang jamaah hadir dalam Sholat Idul Adha 1431 H yang diselenggarakan di Masjid Raya Al Furqan Sikakap
Lebih kurang 1000 orang jamaah hadir dalam Sholat Idul Adha 1431 H yang diselenggarakan di Masjid Raya Al Furqan Sikakap

Pejuang Syari'ah & Khilafah